SAKIT PAS LAMARAN
Ehemmmm....ehemmmmmmmm.......berhubung Kangmas Foens mulai nulis dari awal proses, jadi saya kudhu ngimbangi juga niy, biar ceritanya gak loncat-loncat amat...
Jadi,serunya cerita menjelang hari lamaran yang ditetapkan tanggal 10 September 2006 itu begini:
Ehemmmm....ehemmmmmmmm.......berhubung Kangmas Foens mulai nulis dari awal proses, jadi saya kudhu ngimbangi juga niy, biar ceritanya gak loncat-loncat amat...
Jadi,serunya cerita menjelang hari lamaran yang ditetapkan tanggal 10 September 2006 itu begini:
Jumat, tanggal 8 September 2006 tiba-tiba saya sakit gatel-gatel lagi yang emang saya sendiri baru ngalami yang kedua kalinya, yaitu bulan Februari lalu dan bulan September kemaren. gatelnya gak jelas, karena awalnya hanya berbentuk spot putih seperti cincin kecil di jari saya. Tapi, lama-kelamaan, spot kecil tersebut makin membesar dan menyebar ke seluruh tubuh. Dan Masya Allah, tubuh saya jadi aneh, kek monster hehehehe karena banyak spot yang mirip kerupuk gado-gado *nah lo??* nempel di sekujur tubuh.
Itu juga yang saya alami persis H-1 menjelang lamaran. Sedih, bingung dan kacaw balaw jadi satu saat itu.
FLASHBACK:
Jumat pagi seperti biasa, saya ngantor naek motor, tapi sebelum berangkat, tepatnya ketika mandi, saya menemukan spot cincin aneh itu di kaki saya. Kali ini, saya benar-benar hopeless, karena bayangan sakit yang sama kembali di depan mata. 2 minggu bakal saya habiskan di tempat tidur sama seperti dulu ketika untuk kali pertamanya saya menderita sakit aneh ini.
Ya Allah, apa yang harus hamba lakukan? Padahal besok hari lamaran dan sore ini saya harus pulang ke Purbalingga. Tapi, karena setiap Jumat ada kelas diskusi Bahasa Inggris, saya pun harus tetap berangkat dengan spot-spot kecil yang sudah mulai menyebar di kaki dan leher saya. Duh GUSTI....saya sedih..
Jumat siang, kaki saya mulai terasa sakit dan leher saya mulai gatal-gatal. Seorang teman saya (Deshinta.red) membantu saya memastikan apa yang terjadi dengan spot kecil di leher saya (bagian belakang.red) dan, dia pun heran begitu menemukan spot yang sudah melebar kemana-mana seperti peta. Astagfirullah, Ya Allah....
Saat itu juga, saya putuskan untuk pulang lebih cepat dengan harapan masih bisa menemukan dokter specialis ahli alergi. *Waduuwww pas nulis ini saya jadi kegatelan lagi :D*
Akhirnya dengan susah payah, saya berjalan menuju motor kesayangan saya sambil menahan sakit di kedua telapak kaki karena spot sudah membengkak dan benar-benar membuat kaki gak bisa masuk dengan posisi nyaman di sepatu. Tapi saya berusaha sabar dan benar-benar berjuang untuk ikhlas menerima itu, tapi kadang jadi pengen nangis sendiri.
Tiba dirumah, Mamah langsung bersiap menuju ke RS Pondok Indah, dan menemui dokter ahli alergi. Tapi memang bukan rejeki saya, ternyata itu dokter prakteknya hari Kamis sore. Dan kami duduk lemas di kursi tunggu sambil terus berpikir. Akhirnya, saya tanyakan kembali dimana saja dokter itu praktek, dan sebuah alamat kami dapatkan, kebetulan sekali hari ini jadwal praktek di sekitar masjid Al Azhar tempat saya biasa mengikuti pengajian Aa Gym.
Kami segera berangkat ke tujuan naek taksi dan karena hari itu hari Jumat, lagi-lagi jalanan memang macet mulai dari Pondok Indah hingga Blok M. Kami agak khawatir terlambat, karena kereta saya jam 5 dan saya harus balik lagi ke rumah untuk ambil koper dan berangkat ke Gambir, sementara tiket masih ada pada sahabat baik saya yang bersedia mencarikannya. Duh, makin paniklah Mamah, karena beliau sudah mulai melarang saya untuk nekat pulang dengan kondisi badan seperti itu. Ya, Mamah pasti gak tega...
Tapi saya lebih gak mau lagi membatalkan lamaran saya gara-gara ini, mungkin juga ini ujian Allah. Jadi, saya diuji dengan kondisi terburuk itu, apakah niat saya masih kuat untuk pulang dan dilamar? Waduuwwww, sungguh mengharukan, dengan waktu yang serba mefettttt, saya harus bisa ke dokter, balik lagi ke rumah ambil koper dan ke Gambir, mana tiket belum saya pegang.....
Akhirnya pukul 2 siang kami tiba di tempat praktek Prof Karnaen, yang ahli alergi itu. Tapiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii............................ begitu saya lihat jadwalnya, saya jadi putus asa, karena jam prakteknya jam 16.30 dan itu bener-bener gak mungkin.
Akhirnya, kami berdua memutuskan untuk istirahat sambil berpikir kembali di masjid Al Azhar, dan saat itu saya jadi merasakan bagaimana susahnya berjalan dengan kedua telapak kaki bengkak dan pincang. Saya jadi sadar, bagaimana seharusnya saya bisa mensyukuri nikmat sehat dan nikmat memiliki kedua telapak kaki yang normal untuk berjalan ketika saya harus merasakan sebentar berjalan dengan kesakitan. Allah memang Maha Bijaksana!
Pukul 3 sore, setelah berdebat panjang dengan Mamah, dan masih di Al Azhar, saya putuskan untuk tetap pulang, apapun yang terjadi. Dan setelah sholat Azhar, kami pulang ke rumah naek taksi lagi dan jalanan makin macet. Tahukan kondisi jalan Jakarta dari Blok M, Radio Dalam yang super padat itu? Mau nangis gak jelas juga mau nangisin apa, akhirnya ya tenang ajalah, Allah kan udah punya rencana khusus buat saya. Akhirnya senyum-senyum sambil nulis sms sepanjang jalan.
Mamah masih panik dan saya tahu paniknya Mamah beralasan.
Sampai di rumah, kaki saya makin bengkak dan makin susah dipakein sepatu. Kaki saya udah segede buntelan deh...
Taksi sengaja kami suruh nunggu, dan kami pun segera cabut ke Gambir. Saya tetap berdoa dan berdoa. Apapun yang akan terjadi, Allah lebih tahu!!!!!!!!
Setelah mengemasi barang-barang sambil terus menahan sakit di kedua telapak kaki, saya bergegas masuk ke dalam taksi dan bersama Mamah dan seorang pegawai Tante, saya kembali menikmati jalanan Jakarta yang kian macet. Ya Allah, jika Engkau kehendaki saya berangkat sore ini juga, mohon bantu hamba ya Allah!! Saya berdoa sepanjang perjalanan, setiap detak jantung dan setiap hembus napas...mohon petunjuk terbaikNYA.
Dan akhirnya dengan segala rasa was-was, pasrah yang tidak berkesudahan, sampai juga kami di Gambir, tepat 30 menit sebelum kereta berangkat dan Subhanallah!
Tapi.............saya masih harus menunggu sahabat baik saya dengan tiketnya...
Upssssssssss, Mamah mulai marah lagi dan saya terus berusaha menghubungi sahabat saya melalui ponsel.
Ayoooooooooooooooooo Oid.........kamu harus cepet tiba di Gambir...teriak saya dalam hati *jadi gak kedengeran ya??*
Akhirnya, setelah saya berlama-lama berdiri dengan kaki bengkak, diantara kerumunan orang-orang yang lalu lalang, Oid muncul dengan membawa sebuah tiket!!
Hureeeeeeeeeeeyyyyyyyyyyyyy, berangkatlah saya sore ini...
Dan Mamah, makasih ya untuk semuanya, saya sangat tahu, Mamah marah-marah karena Mamah peduli.
Ya Allah, terimakasih untuk setiap detik proses hidup yang Engkau berikan pada hamba!!!!!!!!